Sabtu, 12 September 2009

Manado

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI UTARA

Jl. 17 Agustus No. 04 Manado, Telepon (0431) 8880205, Fax. (0431) 8880204

PRESS RELEASE



LKPD Kota Bitung yang Tercepat di Indonesia Timur


Manado, Selasa (14/4)

Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) dari Pemerintah Kota Bitung Tahun Anggaran 2008 merupakan yang tercepat di Wilayah Indonesia Timur. LHP diserahkan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) Perwakilan Provinsi Sulawesi Utara dengan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP).

LHP atas LKPD Pemerintah Kota Bitung diserahkan oleh Kepala Perwakilan Provinsi Sulawesi Utara, Bambang Adiputranta kepada Ketua DPRD Kota Bitung, Yondries E. Kansil dan Walikota Bitung Hanny Sondakh. Penyerahan LHP diselenggarakan pada Senin 13 April 2009 di kantor BPK RI Perwakilan Provinsi Sulawesi Utara. Acara ini dihadiri oleh pegawai BPK RI Perwakilan Provinsi Sulawei Utara serta jajaran Pemda dan DPRD Kota Bitung.

“Saya turut berbangga, penyerahan LHP atas LKPD Pemerintah Kota Bitung Tahun Anggaran 2008 bisa dilaksanakan tepat waktu dan merupakan yang tercepat di Wilayah Indonesia Timur, sebagaimana disampaikan oleh staf Angbintama (Anggota Pembina Utama) VI yang membawahi Perwakilan di Wilayah Timur. Hal ini dikarenakan Pemerintah Daerah Kota Bitung telah tertib dalam administrasi dan penyusunan Laporan Keuangannya,” ujar Bambang Adiputranta.

Lebih lanjut dalam sambutannya, Bambang Adiputranta menyampaikan bahwa dari aspek formal, penyerahan LHP merupakan titik akhir dari proses pemeriksaan yang dilakukan oleh tim pemeriksa selama 35 hari di Kota Bitung. Hal ini sekaligus merupakan titik awal bagi pelaksanaan tindak lanjut oleh DPRD dan Pemda Kota Bitung dalam jangka waktu 60 hari. BPK RI akan terus memantau pelaksanaan tindak lanjut atas rekomendasi dari BPK RI (***).



Keterangan lebih anjut dapat menghubungi Humas Perwakilan Provinsi Sulawesi Utara dengan Risa Trihastuti, Nomor 085640766547, Fax. (0431)8880204, Email linkinpenk@gmail.com

Selasa, 28 Juli 2009

Pilihan

Dalam hidup kita selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan. Kadang untuk menentukan suatu pilihan memang tidak mudah. Banyak yang harus dipertimbangkan dan dipikirkan, tidak hanya untuk diri sendiri, tapi juga pengaruhnya terhadap orang-orang di sekitar kita yang kita sayangi.

Kadang karena terlalu banyak pertimbangan, terlalu banyak mendengar "apa kata orang" atau ketakutan terhadap bayang-bayang sendiri, kita justru memilih untuk tidak memilih. Tidak membuat pilihan. Tidak mau menghadapi pilihan. Karena sesungguhnya memilih mendatangkan konsekuensi terhadap apapun yang kita pilih..

Memilih, dipilih atau pun keduanya pasti selalu kita lakukan. Yang terpenting adalah alasan kita memilih & bagaimana mempertanggungjawabkan pilihan kita..

Kamis, 09 Juli 2009

Rumput

Rumput.. Rumput..
Tidakkah kalian melihatnya?






Senin, 06 Juli 2009

My Hapi B'day [03072009]

Peringatan hari lahirku..

Ku pikir aku bakalan nangis bombay karena aku g ada pelukan di pagi hari dari Bundaku.. Ga ada Bibee yang muncul di depanku sambil nyembunyiin tangannya di belakang lalu bilang "hapi b'day" dengan membawa kado luchu.. Ga ada ciuman hangat dari malaikat-malaikat kecilku..

Tapi ulang tahunku yang ke seperempat abad ini memang tak kalah istimewa. Aku punya keluarga baru di sini.. Teman-teman yang setiap hari terkungkung bersamaku dalam kotak brankas abu-abu (hehehehe... pizz)

Mereka memberiku surprise yang membuatku merasa sangat berharga..
Bukan pemberiannya.. tapi perhatian dari mereka, itu sudah cukup bagiku...
Makasih ya semua... So hapi on my B'day..

Rabu, 01 Juli 2009

Food.. fooooooooddd....

Hmmm... terinspirasi. Pengen lebih sehat.

Beberapa orang sharing bahwa mereka dah mulai mengurangi makanan yang digoreng & berlemak demi menjaga kesehatan. Jadi mereka merebus sayur, makan buah & meminimalkan masakan ditumis atau digoreng. Juga mengurangi nasi & mie instan.

Jadi tertarik. Abisnya aku merasa semakin meng-gendud siy >_<
Aku suka banget tumis-tumisan, tahu goreng, masakan bersantan & yang berminyak. bagiku, paling susah adalah megurangi konsumsi telur dalam seminggu hehehehe... I luff egg!!!
Weeewww... aku harus berusaha. Harus mulai mengurangi makanan-makanan enak itu demi kesehatan & masa depan. Tak hanya untukku, tapi juga anak-anakku kelak.. (Halah...)

Program "sehat dengan makan" dimulai dengan menambah porsi belanja sayur & buah. Kalo g ada di abang sayur keliling ya ke supermarket. Soal variasi rasa aku beli mayonaise, atau dikasi blue cheese (yang salah beli karena nitip..)
Kembali bangun lebih pagi untuk memasak sarapan sendiri, biar g lagi terus-terusan makan nasi kuning atau mie instan.
Bibeeku sempet panik lho karena kan dia suka banget makan gorengan. Takut kalo sesudah menikah bakal dipaksa makan rebus-rebusan juga hehehehe...

Pagi tadi merebus brokoli & baby corn, aku bilang si putren tuh hehehehe... Begitu nyampe kantor, koq masih berasa laper?? Aku hanya bisa mengutuk dalam hati "Dasar perut karet.."

Waktu makan siang, karena mendung jadi pengen yang anget. Beli bakso. Komplit. Dengan mie & pangsit goreng yang uenak.. Hhhh... emang g tahan godaan..

Waktu jalan pulang ketemu penjual keripik singkong keliling. Beli setengah kilo. Sampe kantor ngemil bareng-bareng..
Arrrrghhh... bubar semua rencana hidup sehat...

Dasar perut karet.. gampang tergoda makanaaaannn...

Senin, 29 Juni 2009

dua sahabat..

pas lagi buka foto2 lama... ketemu foto yg lucu...foto kucingku..

aku pernah punya dua kucing nakal... sama2 hobi ngusel2 orang, sama2 hobi masuk kamar trus tidur di kasur ku... yang pertama namanya Brintik.. dari 3 sodara dia yg paling nakal dan manja.. suaranya jg aneh karena pilek terus.. yang kedua namanya krayon.. 2 orang sodaranya sudah mati pas bayi..

mereka slalu bermain dan berantem bersama.. soalnya seangkatan dan kucing2 yg laen males diajak berantem terus ^^
sekarang mereka sudah pergi semua.. krayon ditabrak mobil pas aku ke jakarta.. si brintik juga.. malah telat ketahuan.. T_T

sekarang mereka bermain2 bersama di alam lain...
pas brintik hilang, aku ngimpi liat dia lagi bermain bersama si krayon... T_T

ini mereka lagi berantem di kasur ^^
brintik yg belang, krayon yg putih.. nek berantem kadang beneran.. cakar2an hehe...






klo abis berantem trus capek ya bobo bareng deh!
makanya kasur nya dikasi sarung biar gak kotor hehe...







hiks...

Sabtu, 27 Juni 2009

Kemarauku di bulan Juni

Hari-hari hujan di bulan Juni..
Ku pikir Juni haruslah bermusim kemarau.. mungkin karena global warming. Atau memang musim terus berganti giliran turun ke bumi?

Aku ingat benar musim kemarau di hari-hariku sewaktu SD. Aku tinggal di desa dengan sawah luas membentang. Jauh, mulai di belakang kantor Kelurahan hingga batas kelokan ujung jalan. Setiap kemarau datang aku, kadang bersama kakakku, akan main ke sawah yang mulai mengering. Begitu juga anak-anak tetangga sebaya kami.

Setelah sarapan aku akan menghambur turun ke sawah. Berlarian di antara batang-batang padi yang telah begitu pendek, sisa dari panen musim ini. Warnanya mulai coklat karena mengering. Beberapa batang masih tumbuh dengan bulir-bulir padi. Aku dan teman-temanku akan menunggu sampai batang padi kecil itu benar-benar menunduk & bulirnya menguning tanda masak.

Bila tiba waktunya, kami akan berpura-pura menjadi petani. Dengan riang memanen sisa tamanan padi yang tak seberapa banyaknya. Hasil panenku akan ku bawa pulang untuk ku tunjukkan ke Bunda, seakan-akan batang padi dalam genggamanku itu adalah hasil taniku yang berharga & ku tunggu panennya berpuluh tahun. Bunda hanya tertawa dengan tingkah bungsunya..

Hal lain yang begitu menggoda saat kemarau adalah bunga rumput. Karena sawah tidak ditanami, rumput pun tidak disiangi. Tumbuh subur diantara tanah yang retak karena panas kemarau. Aku merasa retakan-ratakan itu justru terlihat cantik. Walau semakin lama retakan itu semakin lebar seiring kemarau yang kian menyengat.

Seorang temanku pernah bilang, ”Aku takut kalau kepeleset di sawah. Nanti kalau masuk ke situ itu aku jatuh ke dalam bumi & enggak bisa keluar..” katanya setengah berbisik.
Kami lalu terdiam lama, berpikir tentang kemungkinan kami akan tertelan bumi jika terpeleset masuk dalam retakan tanah yang menganga itu. “Kayaknya enggak deh,” kataku. “Kan tubuh kita lebih besar, palingan kamu kejepit. Tapi nggak bisa keluar lagi.”
Wajah temanku memerah, lalu berlari keluar sawah. Menangis.
“Emaaaaaaaaakkk...” dia berteriak membuat semua orang berpaling melihat. Aku hanya berdiri tertegun. Wondering why..

Bunga rumput, bagiku, adalah bunga yang istimewa. Unik. Walau tak ada yang semerah mawar ataupun seharum melati. Baunya khas. Masing-masing rumput punya aroma yang berbeda tapi aku sangat suka. Memetik bunga-bunga rumput sungguh menyenangkan. Ada beraneka macam bentuk, ukuran dan wariasi warna. Hijau, putih, kuning, merah muda atau coklat.

Satu persatu kuperhatikan bunga rumput itu. Dengan seksama ku pilih. Mana yang layak aku petik. Mana yang paling menarik & cantik. Aku bisa menjelajah satu petak yang begitu luas hingga ke petak lainnya hanya untuk menemukan variasi bunga yang ku inginkan. Seolah meramu obat mujarab untuk penyakit kronis. Komposisinya harus lengkap. Kualitasnya harus terbaik. Tak peduli panas menyengat. Tak peduli teman-temanku mulai asyik mengadu layangan. Toh aku selalu kalah saat adu layangan dengan beberapa anak laki-laki.

Setelah mendapatkan hasil buruan yang cukup, aku akan memboyong bunga-bunga itu ke rumah. Buru-buru aku mencari gelas besar & kuisi air. Aku akan mulai merangkai bunga-bunga rumput itu satu persatu, layaknya seorang ahli ikebana. Meruncingkan ujung batang, memotong daun-daun yang tak perlu. Mengatur ketinggian tiap rumput. Mengamati perbandingannya agar sesuai.

Setelah merasa cukup aku akan mengamatinya baik-baik. Memutar-mutar gelas itu perlahan, melihat sisi mana yang dirasa kurang & perlu dipercantik. Mengingat perpaduan antara rumput apa & apa yang paling bagus, untuk dipetik & kurangkai lagi lain hari. Hasil rangkaianku pasti nongkrong di meja tamu. Kepedean. Hehehehe... Entah diijinkan atau tidak. Entah penghuni rumah yang lain suka atau tidak.

Saat aku kuliah pun aku masih melakukannya. Pernah saat Bundaku menjalani operasi & aku menunggui sepanjang hari, aku merangkai bunga rumput. Waktuku telalu berharga bila dihabiskan keluar rumah sakit untuk membeli bunga segar. Pagi hari, sebelum Bundaku terbangun, aku keliling rumah sakit. Memetik satu-satu bunga rumput berbentuk cemara mungil. Merangkainya dalam botol Aqua yang ku potong separo, karena gelas besarku tak ku bawa. Menaruhnya di meja dekat kasur Bunda. Beliau tersenyum. “Khas anak bungsuku.”

Sampai sekarang pun, kadang aku masih merangkai bunga rumput. Walau tak lagi berlarian di sawah. Walau aku tak lagi nenunggu musim panas membuat retak tanah sawah.
Tapi aku tak sendiri lagi menikmati duniaku. Karena kali ini aku memiliki partner yang juga menyukai rumput sepertiku. Yang menyukai ikebana bunga rumput sepertiku. Dia, kekasihku.

Kami pernah memetiki rumput kuning dan merah jambu di depan stadion. Menggulungnya dengan koran agar tidak rusak. Masing-masing membawa pulang satu gulungan. Merangkainya di gelas besar masing-masing. Aku tentu saja, tetap menaruh ikebana bunga rumputku di ruang tamu. Sedangkan dia, menaruhnya di meja kerjanya, lalu mengirimkan fotonya padaku.

Musim panasku sewaktu kecil dulu.. Walau setiap selesai melakukan “kerja” ber-ikebana badanku selalu gatal-gatal. Walau Bunda selalu memarahiku yang pemalas ini agar segera mandi. Tapi aku selalu merasa senang. Tentu, kegiatan ikebana bunga rumput & dimarahi biar cepet mandi terus berulang keesokan harinya dan keesokannya lagi. Aku tidak pernah bosan. Selalu mengesankan.

Lalu saat hujan mulai datang aku akan menunggu hingga kemarau tahun depan datang lagi. Hingga ku bisa kembali berlarian diantara batang padi kecoklatan yang menyapu betisku.. Sekali lagi mengamati tanah retak di bawah kakiku, memetik bunga-bunga rumput beraneka warna, lalu merangkainya dalam gelas besarku.
Sekali lagi.
Aku sungguh merindukan kemarauku di bulan Juni.